TAMBAAN DAN STIGMA NEGATIF
Tambaan,
ketika disebut kata “Tambaan” maka perspektif masyarakat adalah “orang lor ban”
(lor ban adalah sebutan untuk kawasan utaranya rel kereta api Kota Pasuruan) di
identikkan dengan stigma negatif yaitu orang yang suka urakan, tawuran, keras,
arogan dan apapun yang dianggap negatif lainnya.
Dokumentasi perpisahan dengan Tim Jejak Anak Negeri TRANS 7, Pendopo Kelurahan Tambaan |
Masyarakat “lor
ban” sebut saja Tambaan adalah masyarakat yang kompak dan menjunjung tinggi
nilai persaudaraan, persaudaraan se-kampung, persaudaraan se-darah,
persaudaraan se-agama, persaudaraan se-negara, sikap solidaritas yang tinggi
inilah yang menjadi ciri khas masyarakat pesisir yang melekat semenjak jaman dahulu
hingga kini masih membumi di kehidupan masyarakat Tambaan, sikap solidaritas
tersebut salah satunya timbul akibat kesamaan dalam hal pekerjaan, kebudayaan,
pun dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari “kesamaan yang beragam”, juga
kondisi lingkungan dalam perkampungan yang padat mempengaruhi kondisi kejiwaan
tersebut.
Masyarakat
Tambaan ditengah kehidupan jaman yang modern ini dan keberagaman dalam
peradaban maju yang heterogen seperti ini masih melekat stigma negatif tersebut,
meski pemudanya kreatif, pintar dan mandiri seakan tidak lepas dari stempel “pemuda
keras dan urakan”, akibatnya pemuda Tambaan selalu dianggap “membahayakan” bagi
sebagian besar masyarakat luar Tambaan, mereka membatasi keluarganya untuk
bergaul dan berteman dengan pemuda Tambaan, bahkan sering terjadi pemutusan
hubungan jika salah satu keluarganya berpacaran dengan pemuda Tambaan atau
penolakan bila pemuda dari Tambaan datang melamar gadis pilihannya, reaksi “over
protective” seperti ini acap kali diterima pemuda Tambaan dengan lapang dada
namun bila kondisi pemuda Tambaan tersebut labil bisa membahayakan diri sendiri
maupun orang lain, mereka bisa saja terjerumus dalam penyalahgunaan obat-obatan
yang berbahaya, pergaulan yang keliru bahkan menjauhkan diri dari ajaran agama.
Hal ini
harus diakhiri dengan semangat solidaritas yang tinggi, pemuda Tambaan yang kreatif
harus mampu mendorong saudaranya yang labil tersebut untuk bangkit dan
melangkah maju ke depan, jangan sampai stigma negatif tersebut menyurutkan
langkah tapi harus dijadikan motivasi agar kehidupan di masa yang akan datang
harus menjadi lebih baik lagi, stigma negatif harus dilawan dengan tindakan
kreatif yang membangun, solidaritas yang tinggi turut andil dalam percepatan rehabilitasi
lingkungan masyarakat Tambaan, hal yang bersifat destruktif harus dihindari
agar berfikir dan berkreasi mampu berkembang tanpa batas, sesuai peribahasa “di
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” oleh karenanya jauhi narkoba
dan obat-obatan terlarang lainnya, bergaullah dengan orang yang kreatif dan
berwawasan luas agar kelak Tambaan diperhitungkan dalam masyarakat Indonesia
dan warga dunia.
Hidup maju
dan berkembang adalah dambaan semua orang, apa yang digagas harus terus
diperjuangkan, semua yang menjadi halangan harus dihindari, dan segala
tantangan harus dihadapi dengan gagah berani, oleh karenanya Pemuda Tambaan
harus maju dan bangkit sesuai slogannya BANGUNLAH JIWANYA | BANGUNLAH BADANNYA.
Chas 29/03/19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar