Kamis, 28 Maret 2019

TAMBAAN DAN STIGMA NEGATIF


TAMBAAN DAN STIGMA NEGATIF

Tambaan, ketika disebut kata “Tambaan” maka perspektif masyarakat adalah “orang lor ban” (lor ban adalah sebutan untuk kawasan utaranya rel kereta api Kota Pasuruan) di identikkan dengan stigma negatif yaitu orang yang suka urakan, tawuran, keras, arogan dan apapun yang dianggap negatif lainnya.

Dokumentasi perpisahan dengan Tim Jejak Anak Negeri TRANS 7, Pendopo Kelurahan Tambaan
Masyarakat “lor ban” sebut saja Tambaan adalah masyarakat yang kompak dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan, persaudaraan se-kampung, persaudaraan se-darah, persaudaraan se-agama, persaudaraan se-negara, sikap solidaritas yang tinggi inilah yang menjadi ciri khas masyarakat pesisir yang melekat semenjak jaman dahulu hingga kini masih membumi di kehidupan masyarakat Tambaan, sikap solidaritas tersebut salah satunya timbul akibat kesamaan dalam hal pekerjaan, kebudayaan, pun dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari “kesamaan yang beragam”, juga kondisi lingkungan dalam perkampungan yang padat mempengaruhi kondisi kejiwaan tersebut.

Masyarakat Tambaan ditengah kehidupan jaman yang modern ini dan keberagaman dalam peradaban maju yang heterogen seperti ini masih melekat stigma negatif tersebut, meski pemudanya kreatif, pintar dan mandiri seakan tidak lepas dari stempel “pemuda keras dan urakan”, akibatnya pemuda Tambaan selalu dianggap “membahayakan” bagi sebagian besar masyarakat luar Tambaan, mereka membatasi keluarganya untuk bergaul dan berteman dengan pemuda Tambaan, bahkan sering terjadi pemutusan hubungan jika salah satu keluarganya berpacaran dengan pemuda Tambaan atau penolakan bila pemuda dari Tambaan datang melamar gadis pilihannya, reaksi “over protective” seperti ini acap kali diterima pemuda Tambaan dengan lapang dada namun bila kondisi pemuda Tambaan tersebut labil bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain, mereka bisa saja terjerumus dalam penyalahgunaan obat-obatan yang berbahaya, pergaulan yang keliru bahkan menjauhkan diri dari ajaran agama. 

Hal ini harus diakhiri dengan semangat solidaritas yang tinggi, pemuda Tambaan yang kreatif harus mampu mendorong saudaranya yang labil tersebut untuk bangkit dan melangkah maju ke depan, jangan sampai stigma negatif tersebut menyurutkan langkah tapi harus dijadikan motivasi agar kehidupan di masa yang akan datang harus menjadi lebih baik lagi, stigma negatif harus dilawan dengan tindakan kreatif yang membangun, solidaritas yang tinggi turut andil dalam percepatan rehabilitasi lingkungan masyarakat Tambaan, hal yang bersifat destruktif harus dihindari agar berfikir dan berkreasi mampu berkembang tanpa batas, sesuai peribahasa “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” oleh karenanya jauhi narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya, bergaullah dengan orang yang kreatif dan berwawasan luas agar kelak Tambaan diperhitungkan dalam masyarakat Indonesia dan warga dunia.

Hidup maju dan berkembang adalah dambaan semua orang, apa yang digagas harus terus diperjuangkan, semua yang menjadi halangan harus dihindari, dan segala tantangan harus dihadapi dengan gagah berani, oleh karenanya Pemuda Tambaan harus maju dan bangkit sesuai slogannya BANGUNLAH JIWANYA | BANGUNLAH BADANNYA.




Chas 29/03/19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KETIKA "AREK AREK TAMBAAN" SUDAH DILUPAKAN

JANGAN MALU AREK-AREK TAMBAAN, GO TERUS Masa pemilu 2019 telah usai, meninggalkan banyak cerita, bagaimana tergopoh dan sibuknya par...